Sepeda motor Tips dan Trik

Beberapa Poin yang Salah Kaprah Dalam Perawatan Helm Setiap Hari

Diskon helm di Jakarta Fair 2019

Perawatan helm meskipun mudah dilakukan tapi tidak boleh asal-asalan

Jakarta – Helm bagi pengendara sepeda motor fungsinya sangat vital karena melindungi bagian kepala. Selain itu, memakai helm saat mengendarai motor merupakan kewajiban, karena diatur dalam Undang-Undang Pasal 291 Ayat (1) dan Pasal 106 Ayat (8). Sayangnya, masih banyak pemotor di sini yang hanya sekedar memakai, dan sering salah kaprah soal perawatan helm yang mereka gunakan.

Sekarang helm tidak cuma sekedar perlengkapan safety selama berkendara. Pemotor yang sadar akan keselamatan dan penampilan bahkan melihat helm sebagai suatu aksesoris lifestyle. Mereka berusaha membuat helmnya tetap nyaman dan keren saat berkendara setiap hari.

Karena helm juga layaknya pakaian, kita pun perlu merawatnya dengan benar supaya tetap nyaman digunakan dan awet. Jangan sampai, helm yang harganya ratusan ribu rusak begitu saja karena kita yang ngawur soal cara merawatnya. Bahkan, helm juga tidak bisa sembarangan dimodifikasi karena bisa menurunkan daya perlindungannya.

Helm yang segar dan bersih karena perawatan yang baik tentu membuat kita sebagai pemotor tetap nyaman selama berkendara. Sebagus dan semahal apapun harga sebuah helm, cara perawatan dan memperlakukannya akan jadi kunci kenyamanan saat digunakan. Berikut ini poin yang sering salah kaprah dalam perawatan helm setiap hari.

Isi Konten

Perawatan Helm dengan Rajin Mengelap

Bersihkan helm setelah digunakan saat hujan.Foto/Carmudi Indonesia/Ben

Bersihkan helm setelah digunakan saat hujan.Foto/Carmudi Indonesia/Ben

Helm yang senantiasa bersih tentu jadi impian kita, karena akan nyaman digunakan. Banyak dari kita yang rajin mengelap saat melihat helm kotor atau basah setelah hujan. Sebenarnya, cara ini agak kurang tepat karena untuk membersihkannya tidak bisa asal dilap begitu saja.

Membersihkan helm yang baru saja digunakan usai menerabas hujan sebaiknya dibasuh dengan telapak tangan. Tujuannya, agar serpihan kerikil dan lumpur yang menempel bisa terangkat tanpa menggores visor dan cangkang helm. Sensitivitas telapak tangan membuat kita tidak asal membasuh permukaan yang kitir terkena lumpur.

Cara membersihkannya yaitu basahi helm dengan air bersih, kemudian basuh bagian yang kotor dengan sabun cair. Setelah seluruh kotoran terangkat, bilas kembali bagian luar helm dengan air bersih. Usai dibasuh, lap baru bisa digunakan untuk mengeringkan helm dari sisa air yang menempel.

Agar helm kembali kinclong, tak ada salahnya kita poles bagian cangkang helm dengan wax. Helm yang bersih tanpa goresan tentu membuat penampilan kita sebagai bikers tetap kece.

Menjemur di Bawah Sinar Matahari Langsung

Posisikan helm terbalik setelah digunakan.Foto/Carmudi Indonesia/Ben

Posisikan helm terbalik setelah digunakan.Foto/Carmudi Indonesia/Ben

Saat helm lembab atau basah karena kehujanan atau keringat, kita seringkali berpikir untuk segera mengeringkannya. Bila dibiarkan, kondisi lembab pada bagian busa dapat menimbulkan jamur dan bau tidak sedap. Cara perawatan helm lembab yang menurut kita paling gampang yaitu langsung menjemur di bawah sinar matahari langsung.

Sebenarnya, busa helm tidak bisa langsung dijemur pada panas matahari langsung. Alangkah baiknya, lepas terlebih dahulu busa helm kemudian kita angin-anginkan untuk mengurangi hawa lembab pada busa dengan meletakkannya di depan kipas angin yang menyala.

Kita juga bisa meletakkan helm terbalik untuk semalaman agar sisa air di busa menguap. Jangan letakan sembarangan atau di tempat tinggi yang mudah terguling dan jatuh. Paling aman di atas lantai atau meja dengan mengganjal cangkangnya agar tidak terguling.

Alasannya, busa helm cukup sensitif udara panas sehingga kalian juga tidak direkomendasikan juga untuk memakai hair dryer saat mengeringkannya. Suhu tinggi saat mengeringkan helm malah berpengaruh terhadap kemampuan busa menyerap benturan. Kepadatan busa bisa berubah karena terpapar panas tinggi.

Meletakkan di Atas Tangki Motor dan Dicantol di Spion

Kita sering melihat helm diletakkan di atas tangki motor sport atau cuma sekedar dicantol pada gagang spion motor. Tangki motor sport yang permukaan atasnya cukup rata menurut sebagian orang cukup pas untuk meletakkan helm mereka. Padahal, cara ini cukup riskan pada ketahanan busa helm yang mudah terkena uap bensin.

Perlu Anda ketahui, terdapat lubang kapiler kecil di bagian tutup tangki yang merupakan jalur uap bensin keluar. Uap ini harus terkena udara bebas dan bila tangki atas tertutup helm maka uapnya bisa menempel di bagian busa. Partikel uap bensin dapat membuat busa dan styrofoam mengeras dan kering. Akibatnya, kenyamanan saat menggunakan helm akan berkurang.

Bagian motor lainnya yang biasa digunakan meletakkan helm yaitu di tangkai spion. Alasannya serupa, bagian ini cukup mudah dan terlihat bagi pemilik mengambil kembali helmnya. Kemudahan ini juga tidak sebanding juga dengan risiko dari sisi keamanan. Helm yang hanya dicantolkan di kaca spion rentan dicuri orang lain, atau bisa terjatuh di tempat parkir sehingga menimbulkan goresan.

Tempat terbaik untuk meletakkan helm adalah di bagian belakang jok dengan mengaitkan helm di besi behel bagian belakang. Agar lebih aman, gunakan rantai khusus untuk helm yang banyak dijual bebas di toko aksesoris motor. Cara ini dijamin akan mencegah helm jatuh atau dicuri orang.

Mengecat Ulang Helm

Repaint helm sebenarnya kurang dianjurkan demi alasan durabilitas dan safety

Helm yang digunakan terus-menerus kadang membuat si pemilik bosan dengan desainnya, terutama pada helm yang polos. Tak jarang, kita pasti ingin mengganti dengan helm baru tapi belum memiliki dana yang cukup. Jalan pintasnya, helm yang ada kita ganti desainnya.
Kita bisa dengan melapisi helm dengan cutting sticker atau water decal, dan bisa juga mengecat ulang dengan teknik airbrush. Untuk opsi mengecat ulang ini cukup riskan lho, karena bisa mengurangi kekuatan struktur cangkang helm saat menerima benturan.

Teknik cutting sticker atau water decal sebenarnya lebih aman karena tidak sampai membuang lapisan cat utama helm, sehingga kekuatan cangkangnya tetap terjaga. Ubahan corak cukup dilakukan dengan menempelkan stiker khusus di cangkang helm dengan desain sesuai keinginan pemilik.

Sementara itu, untuk risiko terparahnya bila kita memakai water decal yakni membuang lapisan pernis agar corak mudah menempel. Namun demikian, struktur cangkang helm tidak sampai tergerus karena masih mempertahankan cat utama sebagai media dasar.

Lain halnya dengan teknik airbrush, cangkang helm akan diampelas habis untuk membuang lapisan pernis dan warna dasar. Lapisan cangkang yang sudah polos ini kemudian dicat ulang dengan warna dasar, kemudian digambar dengan corak sesuai selera. Ketahanan cat memang bisa kuat antara tiga sampai lima tahun.

Teknik ini sebenarnya cukup berisiko terhadap kekuatan helm, sebab struktur cangkang semakin tipis dan kekuatannya menurun ketika pengamplasan. Sementara itu, lapisan corak dan warna pengganti tidak memiliki kekuatan sepadan layaknya cat saat produksi helm.

Pasang Tali Helm DD-Ring Imitasi

Tali DD Ring yang imitasi kekuatannya meragukan

Demi tampil makin gaya, helm ada juga yang dimodifikasi oleh pemiliknya. Salah satu yang bisa kita lakukan yaitu mengganti tali helm dengan jenis double-D ring agar terlihat sporty. Pengait model double-D ring biasanya digunakan pada helm untuk balap seperti di MotoGP.

Pengait DD-Ring ini digunakan pada helm balap agar helm tidak mudah lepas saat pembalap terjatuh sehingga melindungi kepala dengan maksimal. Pasalnya, tidak semua helm khususnya jenis full face di pasaran menggunakan pengait dengan model double-D ring.

Masih banyak helm yang dijual dengan pengait quick release, karena lebih cenderung digunakan untuk pemakaian sehari-hari. Pengguna helm full face dengan pengait quick release pun sengaja mengganti dengan model double-D ring, sekalipun itu kadang produk imitasi.

Padahal, pengait helm yang bukan bawaan pabrik kualitasnya masih dipertanyakan. Perusahaan helm merancang pengait dengan bahan yang lulus uji kecelakaan, termasuk model quick release. Penggantian memakai double-D ring dengan kualitas bahan yang masih belum jelas malah lebih berisiko.

Material bahan tali dan pengait yang belum melalui pengujian ketat bisa saja malah putus ketika terjadi kecelakaan. Maka dari itu pabrikan helm terkemuka tidak merekomendasi kepada konsumen mengganti tali dan pengait secara sembarangan. Nah, sudah mengerti kan kenapa kita tidak bisa memperlakukan helm sembarangan?

Penulis: Yongki

Editor: Lesmana

Tutus Subronto

Tutus Subronto memulai karirnya di dunia otomotif sebagai jurnalis di Media Indonesia. Sejak 2008, telah meliput beragam kegiatan otomotif nasional. Terhitung Januari 2014 masuk sebagai tim Content Writer di Carmudi Indonesia. Kini terlibat di tim editorial Journal Carmudi Indonesia untuk mengulas dan publikasikan berita-berita otomotif terbaru. Email: tutus.subronto@icarasia.com

Related Posts