Ikuti Standar Emisi EURO 4, Isuzu Cuma Lakukan Upgrade Mesin

Jakarta – Terhitung mulai 7 April 2021 pemerintah mulai menaikkan standar emisi untuk kendaraan bermesin diesel menjadi EURO 4. Isuzu selaku pabrikan spesialis mesin diesel di Indonesia mengaku siap menjalankan regulasi baru tersebut pada model yang dipasarkan. Untuk mengikuti regulasi tersebut, PT Isuzu Astra Motor Indonesia hanya melakukan upgrade di mesin yang sudah ada sekarang.
“Kami melakukan penyesuaian spesifikasi guna memenuhi standar EURO 4. Ubahan yang kami lakukan yaitu memasang EGR Cooler dan mengganti turbo konvensional memakai TGS. Selanjutnya pada silencer memakai DOC,” beber Harmoko Setyawan, Prototipe & Test Dep. Head PT Isuzu Astra Motor Indonesia.
Exhaust Gas Recirculation (EGR) Cooler berfungsi untuk mencegah kenaikan temperatur berlebihan dari proses pembakaran. Alat ini mengurangi konsentrasi oksigen, yang akhirnya menurunkan emisi NOx.
Harmoko menuturkan dalam standar internasional untuk EURO 4, kualitas bahan bakarnya mengandung sulfur maksimal 50 ppm dan cetane number minimum 51. Kadar sulfur yang tinggi berpotensi menurunkan kualitas emisi gas buang.
“Pada prinsipnya kita dari EURO 2 ke EURO 4 menggunakan engine yang sudah kita produksi hari ini, kita upgrade supaya standar emisinya memenuhi ambang batas EURO 4. Ini pasti menambah ongkos produksi. Memang kita sudah mulai riset dan pengujian emisi engine kita yang akan di pakai saat regulasi EURO 4 berlangsung,” ucap Moko.
Kualitas Standar Bahan Bakar Nabati di EURO 4 Lebih Baik
Dalam pemaparannya, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan menyebut soal kualitas bahan bakar nabati untuk EURO 4 punya kualitas yang jelas lebih baik.
Sebab, kandungan sulfur dari bahan bakar nabati lebih mudah ditekan, bahkan nantinya dihilangkan. Bahan bakar Solar B30 kandungannya berasal dari Fatty Acid Methyl Ester atau FAME olahan kelapa sawit.
“B30 itu dari FAME, itu tidak mengandung sulfur, atau sulfurnya bisa ditekan sesuai kebutuhan. Untuk mencapai EURO 4 lebih bagus pakai nabati,” jelas Putu.
Kandungan sulfur yang selama ini terdapat dalam Solar dari minyak bumi dinilai cukup berbahaya untuk lingkungan. Selain itu, sulfur untuk pemakaian jangka panjang juga menyebabkan karat pada dinding silinder mesin.
“Sulfur dalam kondisi panas akan berubah menjadi H2SO4 dlm bentuk gas yang mencemari lingkungan. Di engine juga sangat korosif sekali. Sifat kimia green fuel bisa sama seperti bahan bakar fosil, tapi tidak mengandung sulfur, dan logam berat seperti di petroleum,” ucapnya.
Penulis: Yongki
Editor: Lesmana