Kendaran Listrik Belum Dipasarkan, SPLU Digunakan untuk Pedagang Kaki Lima

Penulis: Santo Evren Sirait
Jakarta – Sebenarnya Perusahaan Listrik Negara (PLN) Distribusi Jakarta Raya (Disjaya) sudah meluncurkan stasiun pengisian listrik umum (SPLU) pada 2016 silam. Pada awalnya keberadaan SPLU digunakan untuk pedagang kaki lima yang ada di pinggir-pinggir jalan raya supaya tidak lagi mencuri listrik.
Namun seiring berjalannya waktu, dan mulai adanya tanda-tanda keseriusan pemerintah maupun produsen otomotif untuk memasarkan kendaraan listrik, maka PLN merubah sedikit strateginya. Bila awalnya SPLU untuk pedagang, kini bisa juga digunakan sebagai pengisi baterai untuk kendaraan listrik.
“SPLU bisa menyediakan dan bisa melakukan pengisian listrik, kita sudah jalan dari tahun lalu sebenanrya. Tapi karena kendaraan listriknya belum nongol-nongol nah dipakai dulu lah buat pedagang kaki lima,” ujar General Manager PLN Disjaya M. Ikhsan Asaad kepada Carmudi, Jumat (22/12)di Jakarta.
Saat ini sudah ada lebih dari 900 SPLU yang tersebar dibeberapa wilayah di Jakarta, bahkan rencannya akan diperlebar hingga kepulauan seribu. Ikhsan mengaku semua SPLU yang sudah terpasang kompatibel dengan kendaraan listrik. “Semuanya total tidak ada masalah,” tambahnya.
Rencana kedepan PLN adalah menambah jumlah SPLU. Selain itu lokasinya akan semakin diperlebar seperti parkiran mall, perkantoran, hingga gedung pemerintah.
“Kalau ada space parkirnya dan disitu orang ada banyak pakai kendaraan listrik saya akan pasang yang besar. Saya kan hitung dan saya punya datanya, kalau ada transaksi jadi saya tahu,” terang Ikhsan.
SPLU Beda dengan SPBU
Bila ditinjau dari segi ke praktisan SPLU dengan SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) jelas jauh sekali bedanya. Menurut Ikhsan mendirikan SPLU tidak perlu tangki bahan bakar, cukup hanya dengan jaringan listrik saja. Di samping itu lebih mudah dalam hal pemasangan.
“Jadi pola pikirnya harus diubah, jangan samakan SLPU sama SPBU. Karena sebenarnya listrik ada di mana-mana, jadi ya tidak perlu saya bikin ruangan seperti SPBU tidak perlu itu,” ungkap Ikhsan.
Dijelaskannya dari segi pemasangan SPLU lebih murah, sekira 14 juta perunit. Sementara itu terkait keamanan, Ikhsan mengungkapkan bila SPLU menggunakan bahan yang berkualitas dan anti air, dan bisa mati otomatis.
“Kami sudah pasang proteksi kalau misalnya terendam otomatis langsung mati (listriknya). Jadi kami memang buat proteksi yang sangat sensitif untuk hal ini, kemudian dari casing sudah IP54, sudah waterproof ya. Dan memang itu kan jaraknya tinggi, yang station memang yang banyak dipasang di tempat tertentu, nanti yang wall juga karena enggak butuh tempat besar seperti di gedung kantor dan lain lain,” pungkas dia.
Namun yang perlu di pikirkan adalah model instalasi atau port baterai dari masing masing produk. Ya, seharusnya sama namun yang menjadi persoalan adalah teknologi kecepatan pengisiian. Ini yang harus terus di pelajari dan dikembangkan, karena saat ini dituntut menggunakan teknologi fast charging. (dol)