Berita Mobil Produk Sumber informasi

Melihat Cikal Bakal Perjalanan ESEMKA yang Katanya Mobil Nasional

Jakarta – Belakangan ini isu mobil ESEMKA makin hangat menjadi pelbincangan dimana akan masuk produksi massal. Bahkan seperti diberitakan sebelumnya, mobil ESEMKA yang akan beredar mempunyai tiga jenis varian bahkan telah dibuka pemesanan secara online.

Namun bila menegok kebelakang, perjalanan ESEMKA timbul tenggelam. Kita segarkan ingatan kita menengok kebelakang, dimana kendaraan buatan anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sempat digunakan sebagai kendaraan dinas Joko Widodo saat menjabat Wali Kota Solo.

Sebagai informasi lahirnya mobil ESEMKA dari seorang pria asal Trucuk, Klaten, bernama Sukiyat pada 2008. Berawal dari bengkel yang tak seberapa besar ini, Sukiyat mengajak siswa-siswa SMK untuk merakit Kiat ESEMKA.

Berawal dari ini akhirnya lahir dua mobil yang digunakan Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo yang saat itu menjabat sebagai Walikota dan Wakil Walikota Solo.

Ternyata pemerintah Solo saat itu serius dengan pengembangan mobil ini dan pada 2010 dibawah PT Solo Manufaktur Kreasi, mereka bermirtra dengan Guangdong Foday Automobile (GFA) dan sejumlah pabrikan China.

Dalam perjalanannya, Esemka menghasilkan beberapa produk diantaranya mobil jenis SUV (Sport Utility Vehicle) Rajawali, pikap Bima, dan Digdaya.

Baca juga: Ternyata Ada 3 Jenis Mobil ESEMKA dan Bisa Dibeli Online

Munculnya Varian ESEMKA

Mobil ESEMKA Rajawali merupakan hasil kerja sama dengan beberapa perusahaan otomotif termasuk Foday. Basis mobil ini menggunakan Chery Tiggo yang menjelma sebagai Rajawali I sesangkan Foday Exploler 6 menjelma sebagai Rajawali I Alpha. Masih ada satu lagi yaitu yaitu Rajawali R2 yang menggunakan basis Jonway A380. Pantas bila banyak yang mengatakan kalau mobil ini sangat mirip dengan mobil Cina.

Sayangnya saat itu ESEMKA Rajawali tak lolos saat dilakukan uji Emisi Euro-2 di Balai Thermodinamika Motor dan Propulsi (BMPT) Serpong. Hal ini disebabkan produksi CO nya di angka 11.63 gram/kilometer dan HC+NOx 2,69 gram/kilometer. Padahal batas maksimumnya hanya 5,0 gram/kilometer untuk CO dan 0,70 gram/kilometer untuk HC+NOx.

Meski tak lolos uji emisi, pengembangan mobil ESeMKA terus berjalan dengan melakukan penyesuaian dari aspek teknis. Hingga akhirnya produk mobil ESEMKA lolos dalam uji emisi. Setelah itu Pemkot Solo menyerahkan pengembangan ESEMKA ke PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) termasuk hasil mobilnya yang digunakan Walikota Solo yaitu Jokowi dan wakilnya.

Saat itu sempat terdengar kabar kalau mobil yang sudah lolos uji emisi itu sudah mendapat pesanan sebanyak 7.00 unit. Namun dalam kenyataannya hingga kini kabar itu hanya sebagai angin segar saja, sangat disayangkan.

Peralihan dalam Pengembangan

Perjalanan yang penuh liku namun, niatan membuat “mobil Nasional” tak banyak dukungan yang diberikan oleh negara. Padahal ini adalah peluang, meskipun tak banyak diketahui apa saja yang menjadi “desain” orisinal anak negeri ini.

Di 2016 pihak swasta yaitu PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) dan PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) yang sebelumnya mengelola ESEMKA bergabung. Dan melahirkan PT Adiperkasa Citra Esemka Hero (ACEH).

Melalui PT ACEH akhirnya mobil ESEMKA mendapat izin produksi pada 2016. Meskipun mendapat izin produksi, sudah lama tak ada kabar. Akan tetapi belum lama ini sebuah model baru dari ESEMKA tertangkap kamera mengaspal di jalanan Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Dari belakang bodi mobil yang berjenis pikap ini tersemat nama ESEMKA Digdaya. Ada kemungkinan bila melihat mobil yang tertangkap kamera ini adalah besutan mitra PT ACEH dengan Guangdong Foday Automobile.

Pasalnya dari bentuk mobil sepertinya dibangun menggunakan basis Foday F22, hanya saja logonya saja yang diganti. Namun ini baru sebuah anggapan, belum mendapat konfirmasi dari PT ACEH. Karena ketika Carmudi mencoba menghubungi PT ACEH hingga berita ini diturunkan belum mendapat tanggapan.

Memang sebelumnya Managing Director PT Adiperkasa Citra Esemka Hero (ACEH), Hosea Sanjaya pernah mengatakan, kalau produk Esemka bisa bersaing karena tidak ada ikatan harus memproduksi sesuatu yang sudah terkunci atau tak bisa diubah.

“Kita juga belajar dari yang sudah ada. Semua pengaturan kita itu berhubungan dengan original equipment manufacturing (OEM), berhubungan langsung dengan hal-hal yang original dan pabrikan. Jadi tidak ada istilah sekadar tempel satu merek,” jelasnya.

Bahkan tak main-main untuk produk ESEMKA telah dibangun pabrik di daerah Boyolali dan daerah Cilengsi Bogor dengan menelan biaya Rp2,1 triliun.

Janji Harga Bersaing

Bicara masalah harga, saat itu Hosea juga mengatakan kalau masalah harga dan kualitas produk merupakan pedoman untuk dapat bersaing dan memberikan nilai tambah. Bahkan, perusahaan akan menerapkan beberapa strategi agar harga mobil Esemka lebih murah.

Memang tak mudah untuk “membuat sekaligus memproduksi mobil” karena kesiapan SDM yang menguasai teknologi juga sangat berpengaruh dalam kelangsungan mobil itu sendiri. Bila ingin sukses diterima masyarakat meskipun menyasar kelas bawah.

Bagaimana belajar membuat rancang bangun lalu mengaplikasikan menjadi sebuah mobil. Bila yang dilakukan hanya mengubah logo saja bagaimana proses belajar dan prakteknya. Ini butuh perjalanan dan kesiapan yang sangat matang, bila hal ini ditepis pihak produsen ESEMKA tak khayal mobil ini akan “josgandos” dipasaran.

Dony Lesmana

Dony Lesman memulai karirnya di dunia jurnalis di Jawa Pos Surabaya 2003. Hijrah ke Jakarta bergabung di majalah Otomotif Ascomaxx dan Motomaxx di 2010. Sempat bergabung di portal berita Sindonews.com di kanal Autotekno hingga 2016 yang mengupas perkembangan otomotif dan teknologi. Terhitung Januari 2017 masuk sebagai tim Journal Carmudi Indonesia yang mengulas dan mempublikasikan berita-berita otomotif terbaru di Indonesia maupun dunia.

Related Posts