Mercedes Benz Pertimbangkan Rakit A-Class di Indonesia

Jakarta – Sekitar 80 persen mobil Mercedes Benz yang dipasarkan di Indonesia sudah dirakit secara lokal di pabrik perakitan di Wanaherang, Bogor. Sebut saja beberapa di antaranya C-Class, E-Class, S-Class, GLE-Class, GL-Class, dan GLC-Class.
Bahkan PT Mercedes Benz Distribution Indonesia (MBDI) berencana menambah satu produk lagi yang akan dirakit secara lokal. Belum ada informasi pasti produk mana yang bakal dirakit, namun perusahaan tengah mempertimbangkan untuk merakit Mercedes Benz A-Class. Compact car tersebut baru saja diluncurkan beberapa hari lalu di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta.
Baca juga: Harga Mobil Mercedes Benz di Indonesia Tak Naik Meski Rupiah Melemah
“Tentunya ada (mobil yang akan dirakit lokal). Karena semakin memperbanyak rentang kendaraan yang benar-benar bisa memanfaatkan regulasi pemerintah semakin baik. Misalnya syukur-syukur A-Class responsnya cukup baik dari masyarakat, ya siapa tahu bisa diproduksi lokal. Karena faslitas produksi pabrik kami masih memadai untuk memproduksi mobil. Masih bisa sampai 600 ribuan unit lebih,” ujar Deputy Director Marketing Communication PT MBDI Hari Arifianto, di Jakarta, Kamis (11/10).
Namun tambah dia, ada banyak hal yang harus ditelurusi terlebih dulu sebelum memutuskan untuk merakit mobil secara lokal. Mulai dari volume penjualan, hingga persiapan pabrik.
“Kita masih melakukan studi untuk volumenya. Kenapa kita harus hati-hati dalam proses Completely Knocked Down (CKD) karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Mudah-mudahan bisa di wujudkan dalam waktu dekat setahun sampai dua tahunan kedepan,” terang Hari.
Bila ada produk baru yang akan dirakit lokal, tentunya perusahaan akan mengelontorkan dana investasi. Besaran dana, terang Hari tidak bisa langsung diumumkan, sebab banyak faktornya.
“Jadi memang kami tidak melihat strategi ayam duluan atau telur duluan. Tapi kami lihat kalau memang dari forecasting cukup prospektif dan bisa diserap masyarakat dengan baik tentunya akan lakukan investasi. Sama seperti GLS kami lihat faktornya bagus kemudian secara desain dan harganya bagus ternyata di Eropa booming. Di Indonesia pun booming meksipun di Indonesia booming-nya terlambat tentunya dilakukan CKD. Karena melihat segmen SUV nampaknya akan menjadi tren dunia,” jelas Hari.
Mobil Mercedes Benz yang Terpengaruh Kuatnya Dolar AS
Walaupun tidak berdampak langsung pada harga jual mobil Mercedes Benz, namun kuatnya dolar Amerika Serikat berpengaruh pada mobil-mobil Completely Built Up (CBU). Bisa jadi minat masyarakat untuk membeli mobil CBU menurun.
“Tentunya ini (menguatnya dolar AS) berpengaruh pada produk yang sangat tergantung pada regulasi pemerintah misalnya kaya yang CBU. Kalau CKD dapat insentif pajak. Tapi kalau yang mesin di atas 3.000 cc kan harga impornya ikut naik. Yang CBU murni kalau yang CKD kita masih bisa redam. Kebetulan 80 persen kendaraan Mercedes Benz yang di jual di Indonesia kan masih banyak edisi CKD dibanding CBU. Mobil mesin 3.000 cc kontribusinya cuma 30 persen, seperti AMG dan lainnya,” tutur Hari.
Mercedes Benz A-Class juga sebenarnya CBU, tapi, sambung dia harganya masih kompetitif sebab mesinnya kecil tidak sampai 3.000 cc.
Baca juga: Layanan Mercedes Benz Bertambah Lagi di Jakarta
Untuk diketahui, Mercedes Benz A-Class dibekali mesin berkapasitas 1.332 cc 4 silinder turbo yang mampu mengeluarkan tenaga sekuat 163 hp dan torsi puncak 250 Nm. Tenaga disalurkan ke roda melalui transmisi otomatis 7-Speed Dual Clutch.
Mobil yang dibanderol Rp 649 juta ini telah dibekali sejumlah fitur canggih seperti Active Parking Assist with Parktronic, lampu depan LED, sistem infotainment, MBUX (Mercedes-Benz User Experience), dan masih banyak lagi.(dol)