Bangkok – Pemerintah Thailand berencana menghadirkan skema tukar tambah mobil lama ke mobil baru. Lewat skema ini diharapkan mampu merangsang serta menumbuhkan penjualan mobil di negara tersebut setelah anjlok cukup dalam karena dampak pandemi Covid-19.
Diskusi tentang program tukar tambah mobil baru itu sudah dilaksanakan sejak Agustus lalu sampai sekarang masih berlangsung.
Menteri Perindustrian Thailand Suriya Jungrungreangkit, sebagaimana dikutip dari Paultan, Senin (30/11/2020) mengatakan bahwa pemerintah berharap untuk mengimplementasikan skema tersebut sebelum tutup 2020.
Skema tukar tambah mobil yang diusulkan berupa pemberian kupon diskon masing-masing senilai 100 ribu baht atau sekira Rp46 juta kepada pemilik mobil. Kupon tersebut bisa juga dimanfaatkan untuk mengurangi biaya pajak. Hanya mobil yang berusia lebih dari 10 tahun yang dapat mengikuti skema tersebut.
Suriya mengatakan belum ditentukan apakah pogram skema tukar tambah mobil ini berlaku juga untuk pembelian kendaraan listrik (EV). Tetapi saat ini kendaraan listrik sedang menjadi tren dan akan menjadi mobil masa.
Pihaknya berharap Menteri Energi Supattanapong Punmeechaow selaku ketua panitia kebijakan kendaraan listrik nasional mengumumkan skema tukar tambah pada akhir tahun.
Sebelumnya diberitakan bahwa skema tukar tambah mobil yang akan berjalan selama lima tahun ini berlaku bagi semua jenis model mobil, termasuk EV.
Mobil Lama Ditukar Kendaraan Listrik
Pengamat industri kurang optimis tentang penerimaan EV dalam rencana yang diusulkan.
Dalam laporan sebelumnya, pihaknya beranggapan jika tukar tambah mobil difokuskan ke mobil listrik, maka dapat mengakibatkan respons yang lamban dari konsumen.
Federasi Industri Thailand (FTI) tidak setuju dengan usulan pemerintah menggunakan skema tersebut untuk mempromosikan mobil listrik. Sebab, sebagian besar kendaraan listrik yang masuk Thailand masih berstatus impor dari luar negeri, yang membuatnya dibanderol mahal.
Wakil ketua FTI, Surapong Paisitpatanapong, mengatakan saat ini mobil listrik hanya dibeli oleh sekelompok pelanggan yang memiliki “kantong tebal”.
“Kalau melihat daya beli masyarakat di dalam negeri, ternyata kebanyakan dari mereka ingin membeli mobil yang harganya tidak lebih dari 800.000 baht (Rp374 juta),” ujarnya.
Dia menambahkan, infrastruktur pengisian daya baterai kendaraan listrik juga belum siap di seluruh wilayah.
Beberapa produsen mobil juga telah menyuarakan keprihatinan mereka tentang menjadikan mobil listrik sebagai fokus.
Pongsak Lertruedeewattanavong, Wakil Presiden MG Sales Thailand mengatakan bahwa sebagian besar mobil yang diproduksi lokal masih mengadopsi internal combustion engines (ICE) atau dengan mesin konvensional.
Thailand telah mengumumkan bahwa mereka ingin menurunkan harga mobil listrik supaya dapat menggeser keberadaan mobil ICE. Serta mengurangi bea impor suku cadang otomotif yang digunakan untuk merakit mobil listrik di negara tersebut.
Penulis: Santo Sirait
Editor: Dimas
Baca Juga: Akan Diresmikan Jokowi, Pelabuhan Patimban Dongkrak Produktivitas Otomotif