Site icon Carmudi Indonesia

Perang Perdagangan Global Bisa Ganggu Rantai Pasokan Mobil di 2019

Ekspor Xpander

Mitsubishi Xpander langsung jadi primadona di segmen mobil keluarga

Jakarta – Industri otomotif global menghadapi resiko besar jika sengketa perdagangan Amerika Serikat dan China menjadi perang perdagangan global. Hal ini di ungkapkan dalam laporan baru dari The Economist Intelligence Unit (EIU) untuk mobil baru.

Menurut EIU terjadi pemangkasan proyeksi pertumbuhan untuk penjualan mobil baru menjadi 2,7% pada tahun 2019, turun dari 5,3% sebelumnya. Penjualan kendaraan komersial (CV) juga akan naik 2,7%, turun dari perkiraan sebelumnya 5%. Namun untuk penjualan global kendaraan listrik sepenuhnya baru (EVs) akan mencapai 2,2 juta unit, didorong oleh target emisi baru di Uni Eropa dan target NEV di Cina.

Sementara untuk Indonesia untuk kendaraan listrik hal ini masih belum banyak menyentuh, pasalnya regulasi yang akan diberlakukan terkait hal ini masih mengambang. Belum ada keputusan yang pasti dari pemerintah.

Kembali lagi ke proyeksi pertumbuhan industri otomotif global menurut Ana Nicholls, direktur operasi industri di EIU beberapa tahun belakangan masih seimbang. Akan tetapi ada kekhawatiran beberapa hal yang sangat berpengaruh.

“Tetapi pasar sangat rentan terhadap guncangan dan ketidakpastian perdagangan karena hambatan tarif naik dan turun di seluruh dunia,” ujarnya seperti dilansir dari laman EIU.

Perebutan “kekuasaan” antara Amerika Serikat (AS) dan China telah melihat negara paman sam ini memberlakukan tarif tambahan pada komponen mobil China. Sementara China telah menaikkan tarif atas impor mobil AS.

Sedangkan AS sudah siap untuk memberlakukan tarif lebih pada perdagangan yang tersisa antara keduanya. Ada resiko bahwa ini akan meningkat menjadi perang perdagangan global penuh. Bahkan perdagangan AS-Jepang dan perdagangan AS-Eropa juga beresiko.

Laporan ini juga menyoroti risiko lebih lanjut yang dihadapi pembuat mobil:

Exit mobile version