Sepeda motor

Siapa Sangka Honda “Pitung” Sekarang Bisa Seharga Motor Baru

Bagi generasi 1980-an hingga 1990-an, nama Honda “Pitung” tentu menyimpan nostalgia tersendiri. Motor bebek mungil yang secara resmi bernama Honda Super Cub C70 ini sempat menjadi simbol mobilitas rakyat pada masanya.

Dengan desain unik, lampu bulat besar, serta suara mesin yang khas, C70 menjelma sebagai kendaraan harian andalan, mulai dari pelajar, pedagang, hingga pegawai negeri.

Kini lebih dari lima dekade sejak debutnya, Honda “Pitung” justru mengalami kebangkitan sebagai motor koleksi dan gaya hidup.

Banyak pecinta otomotif mencari Honda C70 asli untuk direstorasi ke bentuk orisinal atau dimodifikasi. Tak heran jika nilainya di pasar motor klasik pun terus merangkak naik.

Honda C70 Pitung

(Foto: Honda)

Isi Konten

Spesifikasi Honda “Pitung”

Meski tergolong motor lawas, C70 atau yang akrab dijuluki Honda Pitung tetap menarik untuk dibahas dari sisi spesifikasinya.

Motor ini menawarkan teknologi yang sederhana, tapi sangat fungsional, sesuai dengan kebutuhan mobilitas masyarakat pada masanya.

Dari sistem mesin yang efisien, dimensi ringkas, hingga fitur khas seperti transmisi semi otomatis dan starter ganda, semuanya dirancang untuk kepraktisan dan keandalan jangka panjang.

Baca juga: Nasib Honda Super Cub 50 di Ujung Tanduk Terancam Regulasi Emisi

Model Honda C70
Mesin OHC, 4-Tak
Kapasitas Mesin 71,8 cc
Bore x Stroke 47 x 41,4 mm
Rasio Kompresi 8,8 : 1
Sistem Pendingin Udara
Tenaga Maksimal 4,5 kW (6 hp) @ 9.000 rpm
Torsi Maksimal 0,53 kg.m @ 7.000 rpm
Sistem Pengapian 1980–1981: Flywheel Magneto / Platina 

1982–1986: CDI

Aki 1980–1981: 6 V, 11 Ah 

1982–1986: 12 V

Busi NGK C7HS / ND U22FS
Transmisi 3-Speed (N–1–2–3)
Kopling Basah, Multiplate, Semi-auto Centrifugal
Starter Electric & Kick
Dimensi
Panjang 1.805 mm
Lebar 685 mm
Tinggi 995 mm
Jarak Sumbu Roda 1.180 mm
Tinggi Jok 760 mm
Ground Clearance 130 mm
Kapasitas Oli Mesin 0,8 liter
Kapasitas Tangki BBM 4 liter
Berat Kosong 83,5 kg
Suspensi
Depan Leading Link, Travel 2,2 inci (55 mm)
Belakang Swing Arm, Double Shockbreaker
Ban
Depan 2,25 – 17 – 4PR
Belakang 2,50 – 17 – 6PR
Rem
Depan Tromol
Belakang Tromol

Sudah Pakai Mesin 4-Tak

Menariknya di tengah tren motor 2-tak yang saat itu lebih umum digunakan karena biaya produksinya lebih murah, Honda justru memilih langkah berbeda dengan menyematkan mesin 4-tak pada Super Cub C70.

Keputusan ini memang membuat harga produksi sedikit lebih tinggi, tapi sebanding dengan sejumlah keunggulan yang ditawarkannya.

Mesin 4-tak membuat C70 menghasilkan emisi gas buang yang lebih bersih, konsumsi bahan bakar yang jauh lebih irit, dan performa bertenaga untuk tetap menyaingi motor 2-tak.

Tak hanya itu, penggunaan kopling otomatis tipe centrifugal juga menjadi inovasi penting karena membuat motor ini sangat mudah dikendarai, bahkan oleh pemula.

Desain bodinya yang khas dengan fairing tertutup pun bukan sekadar gaya. Bagian tersebut dirancang agar bisa melindungi kaki pengendara dari cipratan air dan lumpur saat berkendara.

Gabungan dari semua elemen ini menjadikan C70 bukan hanya motor bebek biasa, tapi simbol perubahan besar dalam industri roda dua saat itu.

Honda C70 Pitung

(Foto: Honda)

Super Cub Motor Paling Banyak Diproduksi di Dunia

Honda “Pitung” atau yang dikenal sebagai C70 adalah bagian dari lini Super Cub yang dikenal luas sebagai salah satu seri sepeda motor paling bersejarah dan ikonik di dunia.

Super Cub sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1958 melalui model C100 lalu berkembang menjadi berbagai varian seperti C50, C65, C70, hingga C90.

Masing-masing membawa peningkatan dan penyesuaian sesuai kebutuhan pasar dan perkembangan zaman.

Yang membuat Super Cub begitu istimewa adalah fakta bahwa model ini menyandang gelar sebagai sepeda motor paling banyak diproduksi dalam sejarah dunia.

Pada 2017 Honda bahkan secara resmi mengumumkan bahwa produksi Super Cub secara global telah melampaui angka 100 juta unit yang merupakan sebuah pencapaian luar biasa yang belum tertandingi oleh model motor lain manapun.

Angka tersebut tak lepas dari kehadiran berbagai varian, termasuk C70 yang menjadi salah satu tulang punggung distribusi di wilayah Asia, termasuk Indonesia.

Popularitas Super Cub bukan hanya karena keandalannya, tapi juga karena filosofi desainnya yang mengutamakan kesederhanaan, efisiensi, dan kemudahan penggunaan.

Dari pedesaan Vietnam, jalanan Jepang, sampai pasar tradisional di Indonesia, motor ini hadir sebagai solusi mobilitas yang merakyat.

Tak heran jika Super Cub mendapat julukan “The People’s Motorcycle” alias motor rakyat sejati.

Honda C70 Pitung

(Foto: Honda)

Nilai Koleksi dan Harga yang Semakin Meningkat

Di tengah tren motor klasik yang makin berkembang, Honda “Pitung” justru menjelma dari sekadar kendaraan harian menjadi barang koleksi yang bernilai tinggi.

Motor ini kini banyak diburu oleh para kolektor dan pecinta otomotif retro, terutama unit-unit yang masih orisinal atau minim ubahan.

Pantauan Carmudi di sejumlah situs jual beli online, harga pasaran C70 bervariasi tergantung pada kondisi, kelengkapan, dan tahun produksinya.

Untuk unit yang sudah mengalami modifikasi atau restorasi sederhana, biasanya dibanderol di kisaran Rp5 jutaan hingga Rp10 jutaan.

Namun, untuk unit yang benar-benar orisinal, terutama keluaran awal dengan kelengkapan part asli pabrik, harganya bisa tembus di atas Rp15 juta.

Bahkan angkanya bisa lebih jika surat-suratnya lengkap dan kondisi mesinnya masih sehat.

Menariknya lagi dalam beberapa tahun terakhir harga C70 cenderung stabil naik. Hal ini terjadi karena ketersediaannya makin terbatas, sementara peminatnya justru terus bertambah.

Tak sedikit pula yang menganggap motor ini sebagai aset karena nilainya yang terus meningkat seiring waktu, apalagi jika dirawat dengan baik dan dijaga keasliannya.

Kesimpulan Ulasan Honda “Pitung”

Honda “Pitung” atau C70 bukan sekadar motor bebek biasa, melainkan ikon yang mencerminkan era, inovasi, dan nilai emosional bagi banyak orang di Indonesia.

Keputusan Honda untuk menggunakan mesin 4-tak, desain yang fungsional, serta kemudahan penggunaan membuatnya unggul di zamannya, bahkan tetap relevan hingga sekarang.

Masuk dalam keluarga Super Cub yang jadi motor terlaris dunia, C70 membawa warisan yang terus dikenang hingga kini.

Kini di tengah maraknya tren motor klasik, “Pitung” kembali bersinar sebagai kendaraan koleksi yang bernilai tinggi, baik secara historis maupun ekonomis.

Bagi sebagian orang memiliki C70 bukan hanya soal gaya atau investasi, tapi juga tentang mengenang masa lalu dan menjaga warisan otomotif yang pernah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

FAQ

Berikut ini beberapa pertanyaan yang beredar di internet tentang topik terkait: 

  • Kenapa Dinamakan Honda “Pitung”?

Nama “Pitung” diyakini berasal dari kata “pitung puluh” yang merupakan penyebutan dalam Bahasa Betawi atau Jawa untuk angka tujuh puluh. Hal ini merujuk pada kapasitas mesin motor ini yang berada di kisaran 70 cc.

  • Berapa CC Motor Honda “Pitung”?

Honda “Pitung” alias Super Cub C70 dibekali mesin berkapasitas 71,8 cc, sesuai dengan data spesifikasinya.

  • Motor “Pitung” Pakai Mesin 2-Tak atau 4-Tak?

C70 menggunakan mesin 4-Tak tipe OHC (Overhead Camshaft). Mesin ini dikenal lebih efisien bahan bakar dan ramah lingkungan dibanding mesin 2-tak yang banyak digunakan pada motor sejenis pada era yang sama.

Baca juga: Honda Astrea Grand Bulus Motor Bebek Klasik dengan Harga Stabil

Penulis: Mada Prastya
Editor: Tutus Subronto

Mada Prastya

Bergabung sebagai penulis di Carmudi Indonesia sejak Februari 2021. Menyukai kendaraan roda dua karena simpel, cepat, dan memberi rasa kebebasan dalam berkendara. Email: mada.prastya@icarasia.com

Related Posts