Toyota Incar Akuisisi Neta, Dorong Strategi Mobil Listrik di China

Shanghai – Raksasa otomotif asal Jepang, Toyota dikabarkan akan melakukan akuisisi Neta Auto yang kini tengah dilanda kesulitan finansial.
Walaupun pihak Toyota belum memberikan informasi resmi perihal akuisisi Neta Auto tersebut, namun bisa jadi ini menjadi salah satu strategi.
Dikutip dari Car News China, Selasa (13/5/2025), jika benar Toyota akan mengakuisisi Neta Auto tentu ini akan menjadi hal positif bagi Neta.
Pasalnya merek yang berkantor pusat di Zhejiang, Shanghai, China ini akan mendapatkan dana segar untuk melanjutkan keberlangsungan perusahaan saat ini.
Neta Auto sendiri dikabarkan tengah mengalami kesulitan finansial untuk terus bersaing di kancah domestik maupun global.
Dikabarkan juga jika Neta telah melakukan penghentian produksi, pemecatan terhadap ratusan karyawan, hingga perusahaan kesulitan mencari pendanaan eksternal.
Baca juga: Toyota Siapkan 15 Mobil Listrik Baru, Targetkan Produksi 1 Juta Unit di 2027
Pada Februari 2025, Neta mengumumkan rencana untuk mendapatkan pendanaan E-round yang gagal untuk membawa 4-4,5 miliar yuan.
Investor utama yang didukung oleh negara BRICS hanya dapat menjanjikan sekitar 3 miliar yuan, namun pendanaan tersebut bergantung pada dimulainya produksi kendaraan.
Walaupun pabrik Neta di Tongxiang sempat dibuka pada awal Januari lalu, namun produksi di pabrik tak pernah dilanjutkan lantaran kekurangan suku cadang.
Kegagalan ini disebabkan oleh para investor yang memutuskan untuk menarik diri atau secara tak langsung membatalkan kesepakatan secara sepihak.
Valuasi Neta mengalami pukulan yang dramatis atas kejadian tersebut.
Pada 2023, investasi sebesar 1,53 miliar yuan (211 juta USD) oleh badan pemerintah Tongxiang menilai perusahaan tersebut memiliki valuasi sebesar 42,3 miliar yuan (5,8 miliar USD).
Pada 2025, usulan kepemilikan saham sebesar 50 persen hanya dengan harga 3 miliar yuan (414 juta USD) memangkas valuasinya menjadi 6 miliar yuan (828 juta USD) atau terjadi penurunan sebesar 80 persen.
Baca juga: Cuma Kantongi 52 Pesanan, Diler Neta di Singapura Dikabarkan Tutup
Hal ini membuat investor besar seperti 360 Security Technology, yang pendirinya, Zhou Hongyi, menarik investasi lanjutan sebesar 138 juta USD yang dijanjikan.
Secara finansial, Neta telah membukukan kerugian kumulatif sebesar 18,3 miliar yuan dalam tiga tahun dan berhutang pada pemasok sebesar 6 miliar yuan.
Perusahaan juga mengusulkan untuk mengubah 70 persen utang pemasok menjadi ekuitas dan membayar sisanya secara dicicil dengan peringatan bahwa perusahaan dapat gagal bayar upah dan asuransi sosial tanpa modal baru.
Jika Neta bangkrut, investor pemerintah akan diprioritaskan dalam pembayaran utang sehingga berada dalam risiko.
Masalah ini semakin rumit karena Neta bisa mendapatkan denda di Thailand, tempat perusahaan itu sebelumnya menerima subsidi hingga 4.100 dolar AS per kendaraan.
Untuk mempertahankan subsisi, Neta harus memenuhi target produksi lokal paling lambat akhir 2025.
Jika gagal, perusahaan akan mendapatkan sanksi pembayaran kembali subsidi, bunga, dan keringanan pajak yang sudah diberikan.
Baca juga: Harga Neta V II Terkini Sebagai Salah Satu Pilihan Mobil Listrik Murah
Kalau kesepakatan ini tetap berlanjut, maka Toyota dapat memanfaatkan aset Neta dan pengetahuan lokalnya untuk mempercepat peluncuran kendaraan listriknya di China.
Tapi sayangnya, Xu Yiming selaku Direktur Komunikasi Toyota di China mengaku belum mendengar kabar akuisisi Toyota dan Neta ini.
Robohnya finansial Neta juga dapat dilihat dari penjualan yang tadinya 64.500 unit pada 2024, dan di Januari 2025 penjualan mereka hanya 110 unit atau turun hampir 98 persen.
Perusahaan ini juga terus menghadapi kritik atas teknologi yang dinilai ketinggalan zaman serta klaim kinerja perusahaan yang dianggap berlebihan.
Penulis: Rizen Panji
Editor: Santo Sirait